Selasa, 21 Desember 2010

Berlabuhlah Bunga dan Kupu-kupu...

Lautan bunga itu mengundang kehadiran kupu-kupu. Di kota Victoria, Kanada, paduan keduanya menjadi pesona dunia.
Senja sudah membayang. Bus-bus pariwisata satu per satu meninggalkan lapangan parkir. Taman Butchart berangsur-angsur lengang. Keindahan di dalamnya seakan menjadi milik pribadi.
Angin musim gugur menggoyang lautan bunga yang terhampar di taman seluas 25 hektar itu. Hampir seluruh bunga hias dan bunga liar yang tumbuh di negeri empat musim ataupun tropis terdapat di sini. Sebut saja lavatera, achillea, rdbeckia, hibiscus, dahlia, poppy, jenis bunga yang cocok tumbuh di bawah sinar matahari. Ataupun kelompok Zantedeschia (kelompok bunga lili) yang butuh sedikit sinar matahari dan juga rhododendron, begonia, aster, physostegia, dan lainnya.
Melewati pintu masuk, mata langsung dimanjakan oleh taman sari rumpun bunga. Mereka menyembul dari kisi-kisi pergola, menjalari pagar-pagar kayu yang dibuat untuk membangun suasana Mediterania. Jalan pun kemudian berkelok dan terbelah ke berbagai arah.
Suasana serba hijau dan lebih ”hutan” menanti di tikungan jalan. Pohon-pohon besar, di antaranya berusia lebih dari seabad, menaungi jalan setapak yang berselimut humus, mengingatkan pada pohon-pohon raksasa yang ada di taman nasional kita. Ada populus, maple, sequoia, dengan sulur-sulurnya yang menjuntai nyaris menyentuh tanah. Ketenangan kadang dipecahkan oleh kicau burung yang ramai bergerombol di batang pohon. Tak berapa lama berjalan, ruang terbuka menanti di depan mata. Terhamparlah lanskap yang mirip gambar kartu pos. Inilah Sunken Garden yang menjadi ikon di antara taman-taman di sini.
Dari ketinggian, taman ini mirip cekungan yang dikelilingi lembah. Rumpun bunga bergerombol berdasarkan jenisnya. Kelompok begonia, misalnya, disandingkan dengan kelompok chrysanthemum putih, kuning, merah, pink, oranye, dan biru. Sementara kupu-kupu dengan warna-warni yang tak kalah mencolok beterbangan dan hinggap di pucuk-pucuk bunga. Paduan elok yang menyegarkan mata.
Usia Taman Butchart sudah lebih dari seratus tahun dan sejak 2004 taman yang dikunjungi jutaan wisatawan setiap tahunnya itu ditetapkan menjadi situs sejarah nasional Kanada.
Pembuatan taman ini diawali oleh Robert Pim Butchart (1856-1943) dan istrinya, Jennie Butchart (1866-1950), yang memiliki rumah berdesain country dengan hamparan tanah luas mengelilinginya.
Sejak tahun 1939, perawatan taman ditangani cucu mereka, Ian Ross (1918-1997), yang juga membagi Taman Butchart menjadi beberapa ”klaster”, yaitu Taman Mawar, Sunken Garden, Taman Jepang, Taman Italia, dan Taman Mediterania. Sampai sekarang, kepemilikan tetap dipegang keluarga ini dari generasi ke generasi.

Jejak Inggris
Taman Butchart hanyalah satu dari sekian banyak aset milik kota Victoria yang sarat dengan jejak Inggris. Selain gedung-gedung peninggalan masa kolonial yang masih terawat, tradisi keinggrisan pun masih terpelihara. Misalnya saja, dengan 55 dollar Kanada, Anda bisa menikmati jamuan teh sore hari di hotel Fairmont Empress. Hotel yang usianya sudah lebih dari satu abad ini dikelilingi halaman rumput yang luas dan pagar bunga hidup. Bahkan fasad depan hotel tertutup oleh tumbuhan rambat yang menjalari tembok dan sisi-sisi jendela. Berandanya menghadap langsung ke arah pelabuhan (Inner Harbour), tempat puluhan kapal pesiar disandarkan.
Dari seberang hotel, penelusuran kota bisa dimulai dengan berjalan kaki. Jalan di sepanjang kawasan kota tua dipagari jajaran pohon yang bentuknya nyaris kembar, saking terjaga perawatannya. Gedung-gedung peninggalan era kolonial kebanyakan beralih fungsi menjadi restoran, toko cinderamata, butik pakaian, dan galeri, yang memang ditargetkan untuk menyedot wisatawan. Ingatan langsung melayang pada kota tua Jakarta, yang jauh lebih eksotis, tetapi sampai kini masih belum menjadi kawasan yang berdaya dan terpelihara.
Lewat tengah hari, kerumunan berpindah ke sudut-sudut kafe dan restoran. Kedai es krim, pancake, burger, dan hotdog menjadi incaran anak-anak. Sementara resto-resto dengan menu lengkap diminati para pelancong lanjut usia yang bisa menghabiskan waktu sampai berjam-jam. Adapun backpackers banyak yang memilih selonjoran di pinggir taman sambil menyantap bekal dan mendengar sajian gratis pemusik jalanan.
Victoria, yang disebut-sebut sebagai salah satu ”permata” di belahan Amerika Utara jaraknya sekitar 100 kilometer dari kota Vancouver dan bisa ditempuh sekitar tiga jam dengan kendaraan umum. Kita bisa memesan tiket di terminal bus (Pacific Coach) di Vancouver dengan harga sekitar 80 dollar pergi pulang. Dengan bus yang nyaman ini perjalanan menuju pelabuhan memakan waktu sekitar satu jam, dilanjutkan dengan feri, juga sekitar satu jam. Setelah mendarat, bus yang sama akan membawa kita ke pusat kota Victoria.
Semua serba teratur dan serba aman. Para difabel, termasuk yang menggunakan kursi roda, pun memiliki akses untuk mengunjungi lokasi wisata mana saja karena fasilitas bagi mereka tersedia, bahkan diutamakan.
Sebuah tempat tetirah yang pas untuk mengosongkan pikiran dan mendamaikan hati….
 
sumber: Kompas Cetak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar